April 19, 2025

Cleopatracafepa – Menilik Kuliner, Sejarah, & Budaya di Seluruh Dunia

Kuliner merupakan elemen yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia di era modern

Makanan ‘Jorok’ yang Jadi Ikonik: Antara Higienis dan Cita Rasa yang Tak Terlupakan

Di tengah kesadaran masyarakat modern tentang pentingnya kebersihan dan sanitasi makanan, masih banyak kuliner kaki lima yang kerap dijuluki “ kuliner jorok” namun tetap dicintai. Bukan karena tampilannya yang menggoda atau tempat jualannya yang rapi, melainkan karena cita rasa yang tak bisa tergantikan. Inilah ironi di dunia kuliner: kadang, makanan paling menggoda justru lahir dari tempat-tempat yang jauh dari kata steril.

Fenomena Kuliner Jalanan ‘Jorok’

Kita semua pernah melihatnya—pedagang gorengan situs rajazeus yang memeras tahu dengan tangan tanpa sarung, penjual bakso yang mencuci mangkuk di ember kecil berair keruh, hingga gerobak soto yang berada di dekat selokan terbuka. Tapi, herannya, antreannya tetap panjang.

Sebagian besar dari makanan ini memiliki satu kesamaan: rasa yang nendang, otentik, dan penuh nostalgia. Mungkin karena bumbu-bumbunya diwariskan turun-temurun, atau karena cara memasaknya masih menggunakan cara tradisional seperti kayu bakar atau wajan besar yang sudah “berbumbu alami”. Makanan ini bukan sekadar mengisi perut, tapi membangkitkan kenangan masa kecil, obrolan pinggir jalan, dan hangatnya suasana lokal.

Antara Higienis dan Realita Lapangan

Tentu saja, dari sudut pandang kesehatan, ini bukan hal yang ideal. Organisasi kesehatan dunia dan dinas kebersihan lokal berkali-kali mengingatkan pentingnya pengolahan makanan yang higienis untuk mencegah penyebaran penyakit. Tapi dalam praktiknya, masih banyak pedagang kecil yang belum mampu memenuhi standar tersebut, baik karena keterbatasan ekonomi maupun karena tidak tahu bagaimana memulainya.

Namun, tidak sedikit pula pedagang kaki lima yang mulai berbenah. Beberapa sudah menggunakan sarung tangan, menyajikan makanan dengan penutup plastik, bahkan menyediakan tempat cuci tangan untuk pelanggan. Tapi tetap saja, sebagian pelanggan justru merasa bahwa terlalu bersih “menghilangkan cita rasa khasnya”. Di sinilah konflik muncul: antara rasa dan kebersihan, mana yang lebih penting?

Makanan ‘Jorok’ yang Ikonik

Contohnya? Tahu gejrot yang disajikan di atas tampah bekas, soto Lamongan dengan koya dari kerupuk melempem, mie caluk yang dimasak pakai air sumur, sampai gorengan pinggir jalan yang digoreng dengan minyak kehitaman. Secara teknis, semua ini bisa dipertanyakan dari segi higienis. Tapi faktanya, masyarakat justru menyebutnya “otentik”, bukan kotor.

Hal ini membuktikan bahwa hubungan manusia dengan makanan sangat kompleks. Tak hanya soal gizi dan kebersihan, tapi juga soal emosi, sejarah, dan rasa keterhubungan dengan akar budaya.

BACA JUGA: Sate Kambing di Trotoar: Daging Terpapar Asap Kendaraan Tapi Diburu Pecinta Kuliner

Share: Facebook Twitter Linkedin

Comments are closed.