April 26, 2025

Cleopatracafepa – Menilik Kuliner, Sejarah, & Budaya di Seluruh Dunia

Kuliner merupakan elemen yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia di era modern

Rujak Juhi: Campuran Gurih-Manis yang Aneh

Jika kamu pernah berkunjung ke Jakarta dan menjelajah ke sudut-sudut kota yang masih mempertahankan budaya Betawi, mungkin kamu akan menemukan hidangan unik bernama Rujak Juhi. Bagi yang belum pernah mencicipi, rujak ini bisa terdengar membingungkan: campuran antara sayuran segar, mie, kerupuk, dan… cumi kering alias juhi. Perpaduan rasa gurih, manis, asam, dan sedikit amis ini kerap dianggap “aneh” oleh yang belum terbiasa. Namun justru dari keunikannya itulah, rujak juhi mampu membangkitkan rasa penasaran dan menjadi ikon kuliner khas Betawi yang tak boleh dilewatkan.


Asal-usul Rujak Juhi

Rujak juhi berasal dari masyarakat Betawi dan memiliki sejarah panjang yang terpengaruh oleh budaya kuliner Tionghoa. Kata “juhi” sendiri merupakan sebutan dalam dialek Hokkien untuk cumi-cumi kering yang telah difermentasi dan kemudian dibakar sebelum disajikan. Pengaruh budaya Tionghoa ini terlihat jelas pada penggunaan mie kuning dan saus kacang dalam penyajiannya—mirip dengan bumbu pada gado-gado atau ketoprak, tapi dengan sentuhan laut yang sangat khas.


Komposisi yang Tak Biasa

Rujak juhi biasanya terdiri dari beberapa komponen utama:

  • Juhi (cumi kering) yang sudah dipanggang atau dibakar dan kemudian disuwir-suwir

  • Mie kuning sebagai dasar karbohidrat

  • Lalapan seperti kol, kentang rebus, timun, dan kadang-kadang taoge

  • Kerupuk (biasanya kerupuk mie rajazeus terbaru hari ini atau kerupuk merah jambu) sebagai elemen renyah

  • Saus kacang yang dicampur dengan petis, cuka, dan kadang-kadang tambahan air jeruk nipis

Perpaduan ini menciptakan sensasi rasa yang benar-benar kompleks. Di satu sisi, rasa manis dan gurih dari saus kacang mendominasi, tapi kemudian diimbangi dengan kehadiran juhi yang asin dan sedikit amis, menciptakan harmoni yang tidak biasa tapi menggugah selera bagi penikmatnya.


Pengalaman Rasa yang Membingungkan

Bagi lidah yang belum terbiasa, rujak juhi bisa jadi mengejutkan. Tekstur kenyal juhi yang agak alot berpadu dengan lembutnya mie dan renyahnya kerupuk bisa membuat sebagian orang merasa “bingung”—apakah ini rujak? Apakah ini salad? Atau malah semacam mi campur?

Apalagi dengan tambahan petis yang memberikan sentuhan aroma tajam, membuat rasa semakin kompleks. Tapi bagi penggemarnya, justru keanehan inilah yang menjadi daya tarik utamanya. Perpaduan yang awalnya tampak tak cocok, justru menciptakan pengalaman kuliner yang berbeda dari rujak-rujak lainnya.


Warisan Kuliner yang Mulai Tergerus

Sayangnya, rujak juhi kini semakin sulit ditemukan, terutama di kawasan-kawasan yang sudah mulai tergerus oleh modernisasi. Dulu, pedagang rujak juhi sering berkeliling atau mangkal di daerah Menteng, Tanah Abang, atau sekitaran Cikini. Kini, hanya beberapa tempat saja yang masih menyajikannya secara tradisional.

Banyak generasi muda bahkan tidak tahu apa itu juhi, apalagi mencicipinya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam melestarikan kuliner khas ini agar tidak punah dan tetap menjadi bagian dari identitas kuliner Betawi.

BACA JUGA:  Tiwul: Makanan Pengganti Nasi yang Tawar

Share: Facebook Twitter Linkedin

Comments are closed.